Sunday, March 22, 2009

Mencari yang sejati

Aku masih mencari seorang sahabat. Yang ku asingkan dalam hati daripada rakan-rakan, teman-teman, dan kawan-kawan. Aku percaya dengan kuasa Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Penyayang, aku akan temui sahabat ini. Aku hanya perlu bersabar. Seorang sahabat yang bakal membawaku ke jalan yang benar serta diredhai Allah S.W.T. Insya Allah. aku hanya perlu menunggu.


Sabarlah Zaini...

Nasihat Luqman Al-Hakim

Nasihat pertama Janganlah kamu mensyirikkan Allah S.W.T

Nasihat kedua Sentiasa bersyukur kepada Allah

Nasihat ketiga Berbaktilah kepada ibu bapamu

Nasihat keempat Taatlah kepada ibu bapamu dalam perkara yang diizinkan Allah

Nasihat kelima Lakukan amal soleh setiap masa

Nasihat keenam Dirikan solat lima waktu

Nasihat ketujuh Serulah manusia melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran

Nasihat kelapan Tanamkan sifat sabar dalam dirimu

Nasihat kesembilan Janganlah kamu menyombongkan diri

Nasihat kesepuluh Bersederhanalah ketika berjalan dan bercakap

Thursday, March 19, 2009

Cinta Rasul...

Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut. Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.” Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku”, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.”Ummatii, ummatii, ummatiii?” - “Umatku, umatku, umatku” Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

I'm so tired of being here
Suppressed by all my childish fears
And if you have to leave
I wish that you would just leave
'Cause your presence still lingers here
And it won't leave me alone

These wounds won't seem to heal
This pain is just too real
There's just too much that time cannot erase

[Chorus:]
When you cried I'd wipe away all of your tears
When you'd scream I'd fight away all of your fears
And I held your hand through all of these years
But you still have
All of me

You used to captivate me
By your resonating light
Now I'm bound by the life you left behind
Your face it haunts
My once pleasant dreams
Your voice it chased away
All the sanity in me

These wounds won't seem to heal
This pain is just too real
There's just too much that time cannot erase

[Chorus]

I've tried so hard to tell myself that you're gone
But though you're still with me
I've been alone all along

[Chorus]

Thursday, March 12, 2009

Diri mu...



Istimewa untuk mu...

Dulu engkau kenali
Tak pernah ku sedar
Dari mata yang memandang penuh pengertian
Tapi saat itu telah berubah
Di persimpang usia
Antara kita tak mampu lagi
Berselindung dengan alasan

Telah ku cantumkan
Semua impian bersama
Dalam jalinan yang kita bina berdua

Namun apakah erti bila
Keinginan terlanjur
Lalu menganggu kala dirimu
Selalu ada disisi

Duhai teman
Bisakah kau fahami sandiwara ini
Sejak bila berputiknya cinta kita
Menjadi rahsia yang tersimpan
Mewujudkan kenyataan
Ku tak sanggup kehilanganmu

Telah ku cantumkan
Semua impian bersama
Dari mata yg penuh pengertian

Namun apakah erti bila
Keinginan telah terlanjur
Lalu menganggu sanubariku

Ku cuba bayangkan waktu dulu
Gurau senda serta pujukan mu
Puisi indah menyatakan kata rinduku
Masa yang lalu meragui
Seluruh harapan muncul kini
Mengapa dan bertanya di mana kesudahan kita

Duhai teman
Bisakah kau fahami sandiwara ini
Sejak bila berputiknya cinta kita
Menjadi rahsia yang tersimpan
Mewujudkan kenyataan
Ku tak sanggup kehilanganmu